Pengaruh Emosional Inteligensi Terhadap Ahklak Siswa Di Madrasah Aliyah Swasta Al-Washliyah Tembung
A. Latar Belakang Masalah
Pola
pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan
intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih
SQ (Kecerdasan spiritual). Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ
paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa
perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam
pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga
sekolah-sekolah negeri atau swasta pada umumnya. Maka tidak heran kalau banyak
remaja siswa Madrasah Aliyah berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka
yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan
tanggungjawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak dalam
pergaulan bebas, narkoba dan atau budaya tawuran sering dilakukan. Pengaruh
obat-obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi
kesopanan pada guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan
budaya pada remaja siswa di
Sehingga
pada tahun 2003, lahirlah Undang-Undang SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
Nomor 20 Tahun 2003 merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba
menyeimbangkan pola pembangunan SDM dengan mengedepankan SQ (Kecerdasan
spiritual), EQ (kecerdasan emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan
intelektual).
Oleh
karena itu, kecerdasan emosional harus slalu diasah. Penelitian-penelitian
telah menunjukkan bahwa keterampilan EQ yang sama untuk membuat siswa yang
bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai oleh teman-temannya di
arena bermain, juga akan membantunya dua puluh tahun kemudian ketika sudah
masuk kedunia kerja atau ketika sudah berkeluarga.
Banyak
media-media masa, dan televisi yang memberitakan tentang rendahnya kecerdasa
emosional yang dimiliki remaja-remaja kita saat ini, sehingga itu berimbas pada
Akhlakul karimah mareka. Seperti yang diberitakan di media net, Kompas.com:
“Lengan
Riyan Sofyan (16), siswa kelas II SMK 1 Budi Utomo, nyaris putus akibat disabet
celurit oleh pelajar lain dalam tawuran antarpelajar di Jalan Kramat Raya,
Senen, Jakarta Pusat, Kamis (10/9) siang.”
Berita
yang lain, “Jakarta – Warga Kabupaten Lampung heboh. Sebuah klip
pemerkosaan beredar dari HP ke HP. Pelaku dan korbannya masih duduk di bangku
SMP. Sungguh miris. Dalam klip video tersebut tergambar seorang anak perempuan,
sebut saja namanya Bunga, dikerubuti dua teman prianya. Yang mereka lakukan
sungguh tak pantas. Secara bersamaan,
keduanya memperlakukan Bunga dengan kasar dan tidak patut dilakukan anak SMP.”
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan detikcom.[5]
Statistik
ini dan berita-berita dalam surat kabar mencerminkan masalah-masalah yang
paling gawat. Berkembangnya kesadaran akan moral/akhlak dapat berpengaruh
terhadap setiap aspek dalam masyarakat kita: keharonisan dalam keluarga,
kemampuan setiap sekolah dalam mengajar, keamanan di jalan, dan terpadunya
nialai-nilai sosial.
Fenomena-fenomena
tersebut adalah salah satu gambaran kurangnnya pengetahuan tentang diri (EQ)
tidak dimiliki peserta didik kita, akibatnya terjadi “kekosongan” yang kemudian
di isi oleh sentiment, kemarahan, kesombangan dan sifat-sifat buruk lainnya,
yang menggerakkan untuk berbuat jahat. Dalam bahasa al-Qura’an dikatakan,
barang siapa menolak pengajaran Allah, maka syaitan akan mendudukinya untuk
melakukan tindakan-tindakan jahat.
Sekolah
merupakan tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan orang lain. Sekolah
harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan,
nilai demokratis, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan, dan
menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah harus meningkatkan
kecerdasan emosional (psikologis) yang berpengaruh terhadap faktor
Akhlak (tingkah laku) siswa agar dapat mencapai tingkat mutu pendidikan.
Manakala
terjadi sebuah peristiwa, semisal bapak guru matematika killer mengumumkan
ujian mendadak di suatu pagi, seperti apa respon emosional yang ditampilkan
siswa? Terkejut, wajah pucat, tangan gemetar, darah seperti berhenti mengalir.
Betapa kecewa seorang anak karena semalam belum belajar. Rupanya amigdala, otak
emosional anak telah bereaksi dengan begitu cepat, sebelum otak rasionalnya
sempat berfikir. Nyontek! Itu satu-satunya jalan keluar, pikir amigdala.
Ketika dia
tidak memiliki kesempatan untuk nyontek karena gurunya terus berdiri di depan
kelas mengawasi dengan ketat. Ketegangan yang mengusik pikirannya sudah mulai
reda. Keinginan untuk nyontekpun mulai goyah. Rupanya kini otak rasionalnya
mulai bekerja. Dalam beberapa situasi darurat, otak emosi merespon dalam bentuk
refleksi emosional. Jika pembelajaran emosi sebelumnya negatif, ia juga akan
mengeluarkan reflek negatif pula dan begitu sebaliknya. Itu sebabnya,
pendidikan emosi bagi amigdala harus diberikan sebaik mungkin, dimana
pembelajaran emosional disampaikan melalui praktek keseharian dalam kehidupan
siswa.
Permasalahan
yang banyak terjadi di MAN 03 Malang adalah permasalahan yang berhubungan
dengan setting/beground keluarga siswa, yang sangat mempengaruhi tingkah
laku atau akhlak mereka di sekolah. Anak-anak yang memiliki permasalahan
keluarga (broken home) sering mangalami stress yang berlebihan sehingga
akan membuat mereka tidak besemangat dalam mengikuti pelajaran, dan berlaku
acuh-tak acuh terhadap semua orang. Seperti yang terjadi pada Reni siswa kelas
III jurusan bahasa ini, dia sering tidak bersemangat dalam mengikuti
setiap pelajaran, tidak disiplin dan sering membolos, sehingga membuat dia
hampir di keluarkan dari sekolah. Namun berkat bimbingan-bimbingan yang
dilakukan oleh pihak sekolah membuat dia berubah sampai dia bisa lulus. Inilah
bagaimana sekolah sangat berperan penting dalam membentuk prilaku seiap siswa
menjadi orang yang dewasa dan mandiri.
Maka dari
itu, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah
satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlaknya, maka dalam
penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti: ”Pengaruh Emosional
Inteligence terhadap Akhlak Siswa kelas II MAS Al-Washliyah Tembung
B. Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, “Seberapa besar pengaruh
emosional inteligence terhadap akhlak siswa kelas II MAS AL-WAshliyah Tembung?”
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah “Untuk
menjelasakan seberapa besar pengaruh emosional intelligence terhadap
akhlak siswa kelas II MAS AL-WAshliyah Tembung.”
D. Hipotesisi Penelitian
Berdasarkan
uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
- Hipotesis alternatif (Ha) : “semakin tinggi kecerdasa emosional siswa, maka semakin baik pula akhlak siswa”
- Hipotesis nihil (Ho) : “semakin rendah kecerdasan emosional siswa, maka semakin buruk pula kecerdasan emosional siswa”
E. Mamfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
- Bagi individu
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada
para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi
siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.
- Bagi lembaga
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam membimbing tingkah
laku (akhlak) siswa. Sehingga akan menjadi manusia yang mandiri dan dewasa.
- Bagi ilmu pengetahuan
Menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan
dapat memberi gambaran mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap akhlak
siswa.
F. Definisi Oprasional
- Pengertian Pengaruh
Pengertian
pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang.
Dalam
penelitian ini pengaruh adalah yang menyebabkan sesuatu terjadi, baik secara
langsung maupun tidak. Berarti yang menjadi penyebab emosional itu secara
langsung atau tidak terhadap akhlak siswa.
- Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan
emosional menurut Ary Ginanjar Agustian adalah seseorang yang memiliki
ketangungguhan, inisiatif, optomisme, dan kemampuan beradaptasi. Hal yang senada
di kemukakan oleh Goleman bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life
with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan
sosial.
Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa
untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan
(kerjasama) dengan orang lain.
- Pengertian Akhlak
Al-Ghozali
mendefinisikan Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dulu).
Jadi
pengertian Akhlak dalam penelitian ini adalah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan
tanpa memerlukan pemikiran. Apabila kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan
terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi
pekerti mulia (akhlakul karimah) dan sebaliknya pabila yang lahir kelakuan yang
buruk, maka disebutlah bukit pekerti yang tercela.
G.
Identifikasi variabel penelitian
Berdasarkan
landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi
variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Kecerdasan
Emosional
2. Variabel terikat : Akhlak Siswa
Yang nanti akan dijabarkan kedalam
beberapa indikator penelitian di tunjukkan kedalam table 1.
Tabel 1.1
Kecerdasan Emosional
|
|
Kahlak
|
|
H. Batasan Masalah
Penelitian
ini dibatasi pada masalah psikologis siswa yang meliputi kecerdasan
emosionalnya dan pengaruhnya terhadap akhlak (tingkah laku siswa). Berdasarkan
pertimbangan peneliti dalam beberapa hal, maka penelitian ini hanya
dilaksanakan pada siswa kelas II MAS AL-WAshliyah Tembung.
I. Kerangka Konsep
Jika
dibuat dalam suatu kerangka konsep, maka akan terlihat hubungan sebagai
berikut:
J. Tinjauan Pustaka
J. Tinjauan Pustaka
1.
Penelitian Terdahulu
Terdapat
beberapa penelitian yang mengangkat tentang materi Emosional Inteligensi di
berbagai perguruan tinggi. Dari beberapa penelitian tersebut terdapat berbagai
macam fokus yang ingin dianalisis, baik mengenai peranannya, hubungannya, dan
urgensi emosional inteligence. Dari beberapa penelitian tentang emosional dapat
desebutkan sebagai berikut.
Skripsi
dengan judul “Peranan Kecerdasan Emosional dalam Meningkatkan Kualitas Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa AMK Kosgoro I Lawang Malang” yang ditulis
oleh Andik Bambang tahun 2004 Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini dilatar
belakangi oleh pendapat para ahli yang mengatakan bahwa IQ hanya mempunyai
peran sekitar 20% dalam menentukan keberhasilan hidup. Sedangkan 80% sisanya
ditentukan oleh faktor-faktor lain.
Skripsi
selanjutnya berjudul ” Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi
Belajar pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur.” Skripsi ini
ditulis oleh Amalia Sawitri Wahyuningsih tahun 2004 Universitas Persada
Indonesia Y.A.I Jakarta. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaf
yang mengukur tentang hubungan antara emosional inteligensi dengan prestasi
belajar siswa. Analisi datanya dengan menggunakan Produc Momen dan nilai
koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Dari
beberapa penelitian di atas, ada yang memiliki persamaan judul maupun
pembahasan yang akan dibahas dalam skripsi yang akan peneliti tulis. Namun
persamaan itu hanya terdapat pada satu segi saja seperti pada Emosional
Inteligensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belum ada satu skripsipun yang
membahas tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional Inteligensi Terhadap Akhlak Siswa,
yang akan dilakukan penelitian pada siswa kelas II MAS Al-Washliyah Tembung
2.
Kecerdasan Emosional
a.
Definisi Emosi
Kata emosi
berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia.
Beberapa
tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam
emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
1)
Amarah : beringas,
mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2)
Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihi diri,
putus asa
3)
Rasa takut : cemas, gugup, khawatir,
was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri
4)
Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang,
senang, terhibur, bangga
5)
Cinta
:
penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kemesraan,
kasih
6)
Terkejut :
terkesiap, terkejut
7)
Jengkel :
hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8)
Malu
: malu hati,
kesal
Dari
beberapa pengertian tentang emosi diatas dapat disipulkan emosi adalah keadaan
atau dorongan untuk bertindak sehingga mendorong individu untuk memberikan
respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
b.
Definisi kecerdasan emosional
Istilah
“kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog
Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New
Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting
bagi keberhasilan.
Salovey
dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ
sebagai :“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran
dan tindakan.”
Kecerdasan
emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat
berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada
masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Keterampilan
EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia
nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Sebuah
model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun
1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan
lingkungan.
David
Coleman memberikan penjelasan melalui ciri-ciri orang yang memilikin kecerdasan
emosional adalah sebagai berikut:
1)
Memiliki pengaruh: melakukan taktik persuasi secara efektif.
2)
Mampu berkomuniasi: mengirimkan pesan secara jelas dan meyakinkan.
3)
Manajemen konflik: merundingkan dan menyelesaikan pendapat.
4)
Kepemimpinan: menjadi pemandu dan member ilham.
5)
Katalisator perubahan: mengawali, mendoroang, atau mengelola
perubahan.
Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa
untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan
(kerjasama) dengan orang lain.
c.
Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman
mengutip Salovey menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam
definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas
kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1) Mengenali Emosi Diri
Mengenali
emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional,
para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni
kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer kesadaran diri adalah
waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang
waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh
emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan
salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
menguasai emosi.
2) Mengelola Emosi
Mengelola
emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat
terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
3) Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi
harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti
memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
4) Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan
untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman kemampuan
seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang
lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan
orang lain.
5) Membina Hubungan
Kemampuan
dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dan
prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk
mengembangkan instrumen kecerdasan emosional
3. Definisi Akhlak
Definisi
Akhlak dari segi etimologi adalah berasal dari kata Al-Khalqa dan Al-khulqu
yang bermakna satu, sebagaimana kata Asy Ayarabu dan Asy Syurabu. Tetapi ketika
harokat fathanya disukunkan pada huruf Kha’ dalam kata al-Khalqu, maka ia
bermakna suatu keadaan dan gambaran yang bisa dirasakan oleh pandangan.
Sedangkan tatkala harakatdhammahnya dikhususkan pada kha’nya, maka ia bermakan
suatu kekuatan dan peragai yang bisa dirasakan oleh pandangan hati
Definisi
“akhlak” dilihat dari segi terminologi di kemukakan oleh para ahli. Diantaranya
sebuah definisi dari Ibnu Maskawaih menyatakan, bahwa yang disebut “akhlaq”
adalah:
حال
للنفس داعية لها الى افعا لها من غير فكروروية.
“Keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.
Dengan
kalimat yang agak berbeda, Iman Al-Ghazali mengemukakan definisi “akhlaq”
sebagai berikut:
الخلق
عبارةعن هئة في النفس راسخة عنها تصدرالافعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةالى فكلروروية.
Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dulu).
Jadi pada
hakekatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia (akhlakul karimah) dan sebaliknya pabila
yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah bukit pekerti yang tercela.
b. Dasar Akhlakul Karimah
Akhalakul
Karimah, tingkah laku yang mulia atau perbuatan baik adalah cerminan dari iman
yang benar dan sempurna. Diantara para ahli mnegatakan bahwa akhlak itu adala
instinct (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir dan ada pula yang
mengatakan bahwa akhlak itu adalah hasil dari pendidikan dan latihan serta
perjuangan. Pendapat ini dapat memudahkan kita untuk mengkaji akhlak itu dalam
penempatannya pada kedudukannya yang seharusnya.
c. Faktor Akhlak
Toto
Tasmara dalam bukunya Kecerdasa Ruhaniayah mengatagorikan akhlakul
karimah kedalam sifat-sifat Rasulullah, yang mana Rasulullahlah yang memiliki
akhlakul karimah yang paling sempurna. Toto Tasmara menyingkatnya dengan kata
SIFAT singkatan dari siddiq, istiqomah, fathanah, amanah, dan tablihg.
Tentu saja akhlak beliau tidak dapat dibatasi pada lima kata tersebut karena
beliu adalah bentuk hidup dari aktualisasi Al-Qur’an yang sangat multidimensi
dan sangat luas batasannya.
1) Siddiq
Siddiq
atau Kejujuran adalah komponen ruhaniyah yang memantulkan berbagai sikap
terpuji (honorable, respectable, creditable, maqamam mahmudah). Mereka
berani menyatakan sikap secra transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan
penipuan (free from fraud or deception).
2) Istiqamah
Istiqamah
diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang malahirkan sikap konsisten
(taat azas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju
pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik, sebagaimana kata taqwim menuju
pula pada bentuk yang sempurna (qiwam),
3) Fathanah
Pada
umunya, fathanah diatikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan
terhadap bidang tertentu padahal makan fathanah merupakan kecerdasan
yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama spiritual.
4) Amanah
Amanah
merupakan dasar dari tanggung jawab, kepercayaan, dan kehormatan serta
prinsip-prinsip yang melekat pada mereka yang cerdas secara ruhani. Di dalam
nilai diri yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat yaitu: 1) Rasa
tanggung jawab (takwa), 2) kecanduan kepentingan dan sense of urgency,
3) Al-Amin, krideble, ingin dipercaya dan mempercayai, 4) Hormat dan di
hormati (honorable). Lawan dari kata amanah adalah berkhianat
atau tidak bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tanggungannya.
5) Tablihg
Kata tablihg
di dalam al-Qur’an disebut dalam bentuk kata kerja (fi’il)
sedikitnya ada sepuluh kali (al-Maidah:67, al-Azhab: 62 68, al-Ahqaaf: 23,
al-Jin: 28, al-A’raaf: 79, 92, Huud: 57) yang merupakan bentukan dari akar kata
balagha-yublahgu-tabliighan.artinya proses menyampaika sesuatu untuk
mempengaruhi orang lain melalui lambing-lambang yang berarti (the process of
transmitting the meaningful symbol).
K. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di MAN 03 Malang, Tepatnya di Jl. Bandung Gg.03 Malang,
letak geagrafis lokasi sekolah berada pada kawasan dekat dengan pemukiman
masyarakat heterogen dan pusat-pusat perbelanjaan, sehingga itu tidak menutup
kemungkinan para siswa akan terpengaruh terhadap lingkungan sekiatar. Seperti
membolos sekolah karena jalan-jalan ke mal. Oleh karena itu diperlukan kajian
pengaruh kecerdasan emosional inteligensi terhadap akhlak siswa kelas II MAS
AL-WAshliyah Tembung.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
penelitan ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang kami ambil
dalam bentuk angka akan diproses secara statistik. Dan dideskripsikan secara
deduksi yang berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasi untuk
menguji validitas keberlakuan teori tersebut ditariklah kesimpulan. Kemudian di
jabarkan secara deskriptif, karena hasilnya akan kami arahkan untuk
mendiskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab rumusan.
Sedangkan
jenis penelitiannya berdasarkan tempat adalah penelitian lapangan (field
research) dan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk melakukan
pengumpulan data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas dalam skripsi ini. Penelitian lapangan (field research)
digunakan pengumpulan data dari objek penelitian, baik berupa data kuantitatif
maupun data kualitatif yang diperlukan, dan jenis penelitian berdasarkan
tekniknya adalah Survey Research (Penelitian Survei), karena tidak
melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang
diteliti.
3. Desain Penelitian
Penelitian
ini menggunakan Correlation Studies, rancangan ini sangat
sederhana, dua sekor dikumpulkan, satu set untuk satu variabel yang dicakup
dalam penelitian dihubungkan dengan variabel lainnya. Koefisien relasi
menunjukkan kekuatan hubungan antar varibel.
4. Data dan Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian kuantitatif ini adalah berupa data primer dan sekunder.
Data primer diambil berdasarkan hasil pengumpulan data melalui angket yang
dibagikan kepada responden secara langsung, serta melalui observasi langsung
terhadap objek. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui laporan prestasi
belajar siswa yang dapat berupa buku raport.
5. Populasi dan Teknik Pengambilan
Sampel
Menurut
Burhan Bungin populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari
objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
segala, nilai, paristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-obejk ini
dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas II MAS AL-WAshliyah Tembung yang berusia 16-17 tahun.
Jumlah
seluruh siswa kelas II MAS AL-WAshliyah Tembung selurunya adalah 252 siswa.
Karena terlalu banyaknya populasi maka perlu diadakan teknik pengambilan sampel
dengan menggunkan cara penarikan sample dari populasi. Sampel yang digunakan
adalah sampling random (random sampling), dengan penentuan besar
sampelnya berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa jika
jumlah populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 15% dari populasi.
6. Instrumen Penelitian
Suatu alat
ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan
informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang
telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel.
Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang
jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan
reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.
a. Uji Validitas
Uji
validitas item yaitu pengujian terhadap kualitas item-itemnya yang bertujuan
untuk memilih item-item yang benar-benar telah selaras dan sesuai dengan faktor
yang ingin diselidiki. Cara perhitungan uji coba validitas item yaitu dengan
cara mengorelasikan skor tiap item dengan skor total item.
Dalam
penelitian ini digunakan pendekatan validitas konstruk (construct validity)
yaitu validitas yang mengacu pada konsistensi dari semua komponen kerangka
konsep. Untuk menguji tingkat validitas instrumen penelitiannya, maka digunakan
rumus teknik Regresi liner sederhana.
Bagian
dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah melalui analisis
butir-butir, dimana untuk menguji setiap butir skor total valid tidaknya suatu
item dapat diketahui dengan membandingkan antara angka regresi linier sederhana
(r Hitung) pada level signifikansi 0,05 nilai kritisnya. Instrumen
penelitian ini dikatakan valid dimana nilai korelasinya lebih besar dari 0,3.
b. Uji Reliabilitas
Uji
realibilitas adalah dengan menguji skor antar item dengan tingkat signifikansi
0,05 sehingga apabila angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai
kritis, berarti item tersebut dikatakan reliabel. Uji Alpha Cronbach digunakan
untuk menguji realibilitas instrumen ini.
7. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun
berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi
Dari
penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian
mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita
memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi
itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut sangat,
kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
b. Dokumentasi
Metode
dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.
Lexi J.
Moleong mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film, yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan aseorang penyidik.
c. Angket
Metode
angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket
dikirim kembali atau dikembalikan kepeneliti.
Bentuk
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat langsung dan
tertutup. Artinya angket yang merupakan daftar pertyanyan diberikan langsung
kepada mahasiswa sebagai subyek penelitian, dan dakam mengisi angket, mehasiswa
diharuskan memilih karena jawaban telah disediakan.
8.
Analisis Data
Secara
garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga tahap utama:
- Persiapan: mengecek nama, isian, dan macam data.
- Tabulasi : memberi skor, memberi kode, mengubah jenis data, dan coding dalam coding form.
- Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian:
- Penelitian deskriptif : presentase dan komparasi dengan criteria yang telah ditentukan
- Penelitian komparasi: dengan berbagai teknik korelasi sesuai dengan jenis data.
- Penelitian eksperimen: diuji hasilnya dengan t-test.
Namun oleh
karena data yang dikumpulkan baru data mentah, maka sebelum di analisis, data
mentah tersebut diolah lebih dahulu sebelum dianalisis dengan tehnik analisis
tertentu. Dan secara umum teknik analisa data untuk kuantitatif menggunakan
metode statistic, dan agar mudah biasanya di bantu oleh program komputer,
seperti SPSS, SPS, Minitab, MS exel, dll. Terdapat dua macam statistik yang
digunakan untuk analisa data dalam penelitian, yaitu: statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan
statistik non parametris. Dalam penelitian ini, menggunakan statistik
inferensia dan juga deskriptif, karena kedua- duanya sangat membantu dalam
penelitian ini.
Bila persyaratan
penggunaan teknik analisis statistik benar, maka hasilnya dapat digunakan untuk
menerima atau menolak hipotesis atau untuk menolak atau menerima teori yang
diujinya. Sebagimana diketahui bahwa tujuan akhir penelitian kuantitatif
ialah untuk menguji teori. Oleh karena itu, lengkapnya data yang
dikumpulkan dari uji validitas dan uji reliabilitas merupakan criteria mutu
hasil penelitian. Sebab, data yang tidak valid dan tidak reliable berarti data
itu salah dan tidak dapat dipercaya, sehingga kalau data itu dianalisis,
hasilnya juga akan salah.
Dalam
penelitian ini, akan digunakan analisis data dengan metode statistik parametik.
Karena statistik parametik dapat dilakukan jika sample yang akan dipakai
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jumlah data yang digunakan
dalam analisis ini minimal 30 sampel dan menggunakan yang berupa data interval
dan ordinal. Ini sangat berkaitan dengan data Interval yang telah digunakan
sebelumnya.
Dalam
penelitian ini, menggunakan analisis korelasi. Karena digunakan untuk menguji
hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel tersebut memang
mempunyai hubungan yang signifikan, bagaimana arah hubungan dan seberapa kuat
hubungan tersebut.
Untuk
menguji penerimaan atau penolakan Ho telah ditentukan untuk menggunakan 2 arah
(two sided test). Tahap dari penggunaan rumus korelasi diatas adalah:
a) Menggunakan
rumus korelasi untuk mendapatkan r hitung
b) Menentukan tingkat
signifikansi (level of significance) yaitu sebesar 5 %.
c) Melihat nilai kritis
menurut table nilai t dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %.
d) Mengambil kesimpulan
apakah menerima atau menolak Ho dengan membandingkan antara nilai r
hitung dan r tabel.
L. Sistematika Penulisan Pembahasan
Agar
memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan skripsi
ini. Maka secara global penulis merinci dalam sistematika pembahasan ini
sebagai berikut.
Bab I,
merupakan kerangka dasar yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II,
berisi tentang kajian pustaka, dengan bab ini dapat dijadikan dasar untuk
penyajian dan analisis data yang ada relevansinya dengan rumusan masalah.
Bab III,
berisi tentang metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian,
diantaranya: pendekatan dan jenis penelitia, data dan sumber data, populasi dan
sampel, intrumen, pengumpulan data, dan análisis data.
Bab IV,
berisi tentang laporan hasil penelitian terdiri atas latar belakang obyek,
penyajian dan analisis data.
Bab V, berisi
tentang paparan data dan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.
Bab VI,
penutup dari seluruh rangkaian pembahasan yang berisi tentang kesimpulan
dan saran-saran.
M. Pustaka Sementara
Agustian, Ary Ginanjar. 2001.Rahasian
Sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual (The ESQ way 165). Jakarta:
Arga.
Anne Craig, Jeanne. 2004. Bukan
seberapa cerdas diri anda tetapi bagaiman anda cerdas/alih bahsa Arvin saputra.
Batam: Interaksara.
Aritkunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: rieneka.
Asmaran. 2002. Pengantar Studi
Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi
Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta
Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
salam sukses, angin timur
director of change
Mulia Raja Lubis (edan.raja@yahoo.com/ angin.raja20@yahoo.com)
director of change
Mulia Raja Lubis (edan.raja@yahoo.com/ angin.raja20@yahoo.com)
semoga bermanfaat buat semuanya.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
menggapai asa dalam kesempatan dan kemauan
mentukan pilihan yg ada dengan bijak dan makna
karena pilihan adalah awal dari perjalanan panjang